Alat kontrasepsi
memiliki banyak pilihan sesuai keinginan sehingga kita dapat memilihnya
layaknya memilih makanan atau minuman di sebuah kafetaria. Pasien dapat
berkonsultasi dengan dokter kemudian memilih alat kontrasepsi yang cocok atau
nyaman digunakan.
"Memilih alat kontrasepsi dengan sistem
kafetaria. Ada metode kontrasepsi jangka panjang atau MKJP dan non MKJP,"
ujar Ketua Asia Pacific Council on Contraception untuk Indonesia, Biran Affandi
dalam acara memperingati Hari Kontrasepsi Sedunia, di Jakarta, Selasa
(30/9/2014).
Menurut Biran, edukasi kepada masyarakat
khususnya generasi muda mengenai alat kontrasepsi harus terus dilakukan. Data
survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menunjukkan bahwa 98 persen
wanita usia 15-49 tahun telah mengetahui alat atau cara kontrasepsi
modern.
Sementara itu, 62 persen wanita berstatus
menikah pada usia 15-49 tahun telah menggunakan alat kontrasepsi dan 58 persen
menggunakan alat kontrasepsi modern. Terbukti, alat kontrasepsi mampu
menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
Ketua Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi
Indonesia (POGI), Nurdadi Saleh mengatakan, semua alat kontrasepsi memiliki
tingkat keamanan pemakaian di atas 90 persen, baik MKJP maupun non MKJP. Hanya
saja, masing-masing pasien memiliki kecocokan tertentu melakukan kontrasepsi.
Misalnya, ada yang lebih cocok meminum pil tertentu atau suntik.
"Kalau memilih kontrasepsi dengan sistem
kafetaria kita juga bisa tahu yang diinginkan pasien. Misalnya, pasien bilang,
"Dok (dokter) pakai pil ini jadi mual." Jadi nanti kita ganti
pilnya," kata Nurdadi.
Tak hanya itu, ada pula pasien yang merasa
jadi lebih gemuk setelah rutin kontrasepsi suntik. Menurut Nurdadi, tak semua
kontrasepsi suntik menyebabkan berat badan bertambah. Hal itu pun kembali lagi
pada kecocokan pasien dalam menggunakan kontrasepsi.
Memilih kontrasepsi juga bisa berdasarkan
kondisi kesehatan sang ibu. Nurdadi menjelaskan, usia kehamilan sebaiknya pada
usia 20-35 tahun. Selain itu, jarak antara anak pertama dan berikutnya
minimal 2 tahun.
MKJP seperti implan dan IUD lebih disarankan
untuk mengurangi risiko putus pakai. Putus pakai artinya, pemakaian kontrasepsi
yang tidak teratur, karena lupa atau tidak sempat meminum pil maupun suntik
No comments:
Post a Comment