Aku memutuskan untuk mencuri celana dalam Vita.
Telah beberapa kali aku naik ke lantai 3 bersama dengan ×Fransisca, di
lantai 3 ada sebuah rak khusus yang digunakan oleh pembantu kost untuk menaruh
pakaian yang telah dicuci. Bagusnya lagi, masing-masing rak telah diberi nama
supaya memudahkan pengambilan oleh pemilik baju (dan tentunya memudahkanku juga
untuk mengambil celana dalamnya).
Suatu sore ketika aku berkunjung, anak-anak kost
yang lain bergerombol keluar untuk makan malam. Kebetulan juga, ×Fransisca sedang
mandi, biasanya memakan waktu sekitar 15 sampai 25 menit. Aku mempunyai banyak
waktu untuk melaksanakan rencanaku. Dengan jantung yang berdebar keras, keringat
membasahi tubuhku, perasaan was-was dan tentunya penisku yang berdiri
kegirangan. Terdapat 3 buah celana dalam yang berbahan licin dan halus di bawah
3 tumpuk BH nya. Langsung kuambil yang berwarna kulit (ada 2 warna; satu
berwarna pink dan sisanya berwarna kulit) dan kutempelkan pada wajah horny ku
dan kuhirup aromanya. Sayangnya yang tercium hanyalah wangi pelembut cucian,
tetapi tetap tidak mengurangi rasa horny ku. Segera kumasukkan ke kantong
celanaku dan meninggalkan TKP untuk menghindari resiko yang tertangkap yang
memalukan. Aku kembali menunggu di lantai 2 dengan perasaan yang berdebar-debar
takut ketahuan.
4 jam kemudian aku sudah sampai rumah. Langsung
kumasuki kamar mandi, kulepas celana dan dan celana dalamku, kejantananku sudah
basah dan siap untuk menerima hadiah yang telah ditunggu-tunggu. Dengan
perasaan deg-deg-an ku keluarkan celana dalam ×Vita dan sekali lagi
kutempelkan pada wajahku. Kuposisikan sisi dalam yang langsung bersentuhan
dengan bibir vaginanya pada hidungku. Meskipun hanya tercium wangi dari
pelembut, kubayangkan aku sedang menghirup aroma exotis dari vaginanya. Secara
refleks, lidahku terjulur keluar dan kubayangkan sedang menjilati celah
cintanya. Penisku makin bertambah keras dan panjang.
Kuposisikan bagian selangkangan celana dalamnya
di kepala kejantananku, kemudian kubalutkan bagian lain dari celana dalamnya
pada batang penisku. Tangan kiriku menggenggam penisku yang terbungkus oleh
pengganti vagina ×Vita dan langsung mengocoknya dengan
perlahan-lahan. Gesekan yang terjadi menimbulkan rasa sedikit perih pada
penisku, tetapi hilang secara berangsur-angsur karena dilumasi oleh cairan pra
ejakulasiku. Irama masturbasi kupercepat. Getaran-getaran listrik yang erotis
terus membombardir syaraf-syaraf penis dan otakku. Akhirnya orgasme pun datang
dengan indah. Tangan kananku menyingkap sebagian dari celana dalam ×Vita untuk
mengeluarkan kepala penisku.
Sebetulnya aku ingin sekali mengeluarkan cairan
kenikmatanku pada celana dalamnya, tetapi itu akan meninggalkan bukti yang jelas.
Tiga semprotan panjang dan kuat mengawali arus orgasmeku yang indah. Setelah
kenikmatan duniawiku berakhir, ku lepas celana dalamnya dari penisku dan
mengamatinya. Terdapat bercak basah yang disebabkan oleh cairan pra orgasme ku.
Di satu pihak aku ingin sekali meninggalkan jejak birahiku, tetapi di lain
pihak aku takut ketahuan. Kalau ketahuan akan sangat memalukan dan menyusahkan.
Kuputuskan untuk membiarkan apa adanya, kusimpan CD tersebut pada kantong
celanaku dan kulanjutkan dengan mandi.
Malamnya aku bermasturbasi kembali dengan CD
Vita. Benar-benar pengalaman yang menegangkan dan seksi.
Keesokan sorenya keadaan masih kondusif dan
kukembalikan CD yang telah kunodai dan kuambil lagi yang lain, kali ini
berwarna merah muda. Berbahan tipis licin dan halus dengan sedikit renda
bermotif pada bagian depan. Hal ini terus berlanjut, terkadang hanya ada sebuah
CD pada tumpukan bajunya, sehingga aku terpaksa harus melakukannya dengan cepat
di wc kos. Minggu berikutnya aku dikejutkan dengan impianku. Ketika ku hirup
aroma dari CD nya, aku mencium sesuatu yang sudah kukenal dengan baik, dan
kejantananku pun membenarkannya. Aku mencium aroma exotis dari CD nya. Bagian
CD yang bersentuhan langsung dengan surga duniawinya terasa agak lembab dan
kaku. Tidak salah lagi, ini adalah aroma segar dari madu cintanya. Setelah
sampai di rumah, ku tempelkan CD Vita pada mulut dan hidungku, dan kuhirup
dalam-dalam. Jantungku berdebar kencang karena kegirangan tetapi ada juga rasa
takut yang menyelimuti pikiranku.
Apa maksud dari semua ini? Tapi saat ini aku
tidak peduli. Langsung kubalutkan penisku dengan CD nya dan masturbasiku terasa
beda, lebih indah, lebih menggetarkan. Kali ini aku benar-benar hilang dalam
kenikmatan yang dihasilkan oleh penisku. Sampai akhirnya madu murniku bertemu
dengan madu cinta Vita. Entah berapa gelombang kenikmatan orgasmik yang
kualami. Ketika tersadar, bagian selangkangan CD nya telah dipenuhi dengan madu
kental berwarna putih kekuningan.
Keesokan harinya kukembalikan CD yang kuambil
kemarin dan kutukar dengan yang baru. Celana dalamnya juga masih memiliki aroma
exotis yang sama. Tidak terlihat perubahan pada sikap dan ekspresi wajah ×Vita ketika
kami saling bertemu pandang. Hari berikutnya aku dikejutkan dengan celana dalam ×Vita yang
benar-benar masih basah, aromanya benar-benar segar dan memabukkan. Sepertinya
Vita baru saja selesai bermasturbasi dan sengaja membiarkanku menemukannya.
Kesadaranku telah diambil alih oleh penisku, langsung aku masuk kamar mandi
yang letaknya berseberangan dengan kamar Vita. Kepala kejantananku tidak
henti-hentinya bergetar ketika bagian selangkangan yang basah itu menempel
dengan lembut dan hangat. Baru saja kukocok beberapa kali, tiba-tiba terdengar
ketukan pada pintu kamar mandi. Aku terkejut dan dengan cepat menyimpan kembali
kejantananku dan mengantongi CD Vita, dan berpura-pura menyiram closet.
Ketika pintu kubuka, ×Vita berdiri
tepat di hadapanku dan mendorongku kembali dalam kamar mandi. Kali ini ×Vita juga
berada di dalamnya. Keringat dingin bercucuran dari tubuhku. Tangan-tangan Vita
langsung merogoh-rogoh semua kantongku dan akhirnya ia mendapatkan celana
dalamnya yang kusimpan di kantong belakang.
“Aku sudah tahu.. Ko Indra lah pelakunya..”
ungkap Vita.
Tiba-tiba Vita langsung membuka celanaku dan
mengeluarkan penisku yang sempat melemas karena shock. Dengan kedua tangan ia
membelai dan meremas-remas dengan lembut penisku yang sudah basah. Rasa horny
dan keringat dingin masih menyelimuti tubuh dan pikiranku. Namun, kejantananku
kembali berereksi di dalam belaian Jari-jari Vita yang cekatan. Pandangan Vita
terus terpana pada penisku. Ketika penisku sudah mencapai ketegangan
maksimalnya, mulut Vita sedikit terbuka, nafasnya memburu sambil mengeluarkan
desahan halus. Kedua tangannya dengan perlahan namun mantap bermain dengan
kejantananku. Suara di dalam hatiku mengatakan inilah saatnya, lagipula aku
yakin Vita bukan lagi seorang gadis perawan.
Kuangkat dagunya sehingga aku dapat melihat
wajahnya dengan dekat. Ia menginginkannya, itulah ekspresi yang tertulis jelas
pada wajahnya. Langsung kucumbu bibirnya yang segar dan kedua tanganku langsung
menyingkap bagian bawah daster berwarna putih yang dimulai dari pertengahan
paha. Kejantananku bergetar dan menjadi lebih keras dan panjang. Vita tidak
memakai celana dalam, pantatnya yang lembut dan kenyal ku remas-remas. Demi
menghemat waktu, tangan kiriku langsung mendarat di lembah cintanya yang
kebanjiran, dan tangan kananku menuju puncak buah dadanya (juga tanpa BH).
Dadanya yang berukuran 36C ku remas-remas dan klitorisnya pun mendapatkan
pelayanan istimewa dari jari-jariku.
Tubuh Vita tak henti-hentinya bergetar dan
mempercepat irama kocokan tangannya pada penisku. Ku senderkan Vita pada
dinding kamar mandi, kuangkat kaki kirinya, kemudian tangan kiriku menuntun
kejantananku menuju lembah cinta duniawi. Vita hanya berdiri pasrah menunggu
penisku. Ketika ujung kepala penisku bersentuhan dengan bibir vaginanya yang
basah dan hangat, Aku pun sempat bergetar. Perlahan-lahan kudorong masuk kepala
penisku. Tidak ada hambatan dan gesekan yang bearti, karena celah cintanya
benar-benar basah dan licin. Mulut Vita terbuka lebar, matanya tertutup rapat.
Kudorong lagi sampai hampir setengah dari panjang
penisku, kemudian kutarik keluar dan kudorong masuk lagi. Sedikit demi sedikit
akhirnya seluruh penisku sudah tertanam di dalam vaginanya yang sempit dan
basah. Untuk sesaat aku tidak bergerak dan merasakan dinding-dinging liang
cintanya mendekap kejantananku. Kulihat jam tanganku, hanya tersisa 10 menit
sebelum Sisca keluar dari kamar mandinya.
Vita memelukku dengan erat, aku langsung
menyetubuhinya dengan perlahan-lahan. Setiap tarikan dan dorongan menciptakan
sensasi erotis yang sangat indah. Irama kupercepat bagaikan piston mobil yang
memompa dalam putaran mesin yang tinggi. Desahan dan erangan Vita makin
membuatku bernafsu, apalagi tidak sampai 2 menit Vita sudah meluncur ke alam
orgasme yang tiada batasnya. Aku jadi berpikir, siapa yang sebenarnya lebih
horny dan menikmati permainan ini. Jawabannya sudah jelas.
“Penisnya besar dan kuat sekali..” Vita
membisikkan kata-kata tersebut di telingaku sambil terus menikmati persetubuhan
ini.
“Memangnya kamu belum pernah ketemu yang sebesar ini?”
Vita menggeleng, “Punya cowokku cuma 5 cm dan kurus..”
“Jadi lebih enak yang mana?” tanyaku.
“Tentu saja punya Ko Indra, rasanya benar-benar pas..”
“Memangnya kamu belum pernah ketemu yang sebesar ini?”
Vita menggeleng, “Punya cowokku cuma 5 cm dan kurus..”
“Jadi lebih enak yang mana?” tanyaku.
“Tentu saja punya Ko Indra, rasanya benar-benar pas..”
Vita yang baru berumur 20 tahun benar-benar cocok
dengan seleraku. Aku paling suka bercinta dengan daun-daun muda. Vita, daun
mudaku yang cantik, akan kubuat dia tidak dapat melupakan persetubuhan ini.
Setelah Vita selesai menikmati sisa-sisa orgasmenya, ia melepaskan diri dari
dekapanku dan berlutut di hadapan kejantananku.
Lidahnya terjulur dan menyapu sepanjang batang
penisku yang basah diselimuti oleh madu cintanya. Dengan cekatan Vita menjilati
penisku, kemudian mengulum kepala penisku yang merah. Mulutnya yang hangat
ditambah dengan tarian liar yang dilakukan oleh lidahnya membuat penisku
berdenyut-denyut seperti orgasme. Untuk beberapa saat ia hanya mengulum kepala
penisku, kudorong kepalanya dengan lembut.
Vita mengerti apa yang kuinginkan, ia mulai
melahap seluruh batang penisku. Ia sedikit mengalami hambatan yang disebabkan
oleh panjangnya kejantananku. Namun rongga mulutnya dengan cepat dapat beradaptasi,
sehingga Vita pun bercinta dengan kejantananku menggunakan mulutnya. Guncangan
kuat mengawali orgasmeku yang kencang dan hebat. Vita sempat tersedak dan
mengeluarkan penisku dari dalam mulutnya. Kupegang penisku sambil mengocoknya,
mulutnya yang terbuka menjadi sasaran tembak madu kejantananku. Beberapa tetes
maduku mengenai hidung dan pipinya. Pemandangan yang erotis sekali. Vita
menutup mulutnya dan langsung menelannya. Kemudian penisku kembali hilang di
dalam mulutnya. Lidahnya sibuk menyapu sisa-sisa maduku dan dihabiskan
semuanya.
Kusuruh Vita berdiri, ia menatapku dengan expresi
puas dan nakal, senyumnya yang manja ditambah dengan noda madu putihku yang
masih menempel di wajahnya membuat ku horny lagi. Jari telunjuk dan tengah
tangan kanannya menyapu hidung dan pipinya, kemudian jarinya langsung dikulum
di dalam mulutnya.
Sudah saatnya aku keluar dan menunggu di tempat
biasa. Vita dengan cepat menyelipkan selembar kertas kecil ke kantong celanaku.
Kertas itu berisikan no telepon Vita.
Vita membantuku merapikan baju dan celanaku.
“Besok, jangan ambil celana dalamku lagi..”
Timbul rasa kecewa di dalam hatiku.
“Langsung saja..” Vita menempelkan tanganku pada
pintu kenikmatan duniawinya.
Aku yakin ia telah merasakan arti sebenarnya dari
bercinta. Meskipun kilat, namun menimbulkan kesan yang dalam. Kuhapus
keringatku dengan tissue dan menyambut Sisca yang baru selesai mandi.
Setelah hari ini hampir setiap hari kami bercinta
kilat di kamar mandi lantai 3. Vita menjadi tempat pelampiasan nafsuku yang
menggebu-gebu. Hubunganku dengan Vita hanyalah murni sebatas kenikmatan
seksual, karena kami sangat menikmatinya. Setelah pulang kerja, saya
langsung mengunjungi kost pacarku yang bernama Fransisca. Saya bagaikan masuk
ke sebuah alam erotis ketika mengunjungi kostnya. Ada sekitar 8 penghuni yang
terdiri dari mahasiswi tingkat 1 sampai tingkat 4 (Fransisca telah sampai pada
tingkat 4), satu diantaranya yang tingkat 3 memiliki wajah yang cantik, namun
badannya tidak selangsing Fransisca. Namanya Vita, kamarnya ada di lantai 3.
Aku sering membayangkan bersetubuh dengan ×Vita, dan penisku memberikan
reaksi yang sangat menyenangkan, yaitu orgasme. Aku sering bermasturbasi sambil
membayangkan ×Vita, sampai akhirnya timbul sebuah ide nekat dan gila di
benakku. Disinilah awal dari petualanganku yang nekat.
Aku memutuskan untuk mencuri celana dalam Vita. Telah
beberapa kali aku naik ke lantai 3 bersama dengan ×Fransisca, di lantai 3
ada sebuah rak khusus yang digunakan oleh pembantu kost untuk menaruh pakaian
yang telah dicuci. Bagusnya lagi, masing-masing rak telah diberi nama supaya
memudahkan pengambilan oleh pemilik baju (dan tentunya memudahkanku juga untuk
mengambil celana dalamnya).
Suatu sore ketika aku berkunjung, anak-anak kost yang lain
bergerombol keluar untuk makan malam. Kebetulan
juga, ×Fransisca sedang mandi, biasanya memakan waktu sekitar 15
sampai 25 menit. Aku mempunyai banyak waktu untuk melaksanakan rencanaku.
Dengan jantung yang berdebar keras, keringat membasahi tubuhku, perasaan
was-was dan tentunya penisku yang berdiri kegirangan. Terdapat 3 buah celana
dalam yang berbahan licin dan halus di bawah 3 tumpuk BH nya. Langsung kuambil
yang berwarna kulit (ada 2 warna; satu berwarna pink dan sisanya berwarna
kulit) dan kutempelkan pada wajah horny ku dan kuhirup aromanya. Sayangnya yang
tercium hanyalah wangi pelembut cucian, tetapi tetap tidak mengurangi rasa
horny ku. Segera kumasukkan ke kantong celanaku dan meninggalkan TKP untuk
menghindari resiko yang tertangkap yang memalukan. Aku kembali menunggu di
lantai 2 dengan perasaan yang berdebar-debar takut ketahuan.
4 jam kemudian aku sudah sampai rumah. Langsung kumasuki
kamar mandi, kulepas celana dan dan celana dalamku, kejantananku sudah basah
dan siap untuk menerima hadiah yang telah ditunggu-tunggu. Dengan perasaan
deg-deg-an ku keluarkan celana dalam ×Vita dan sekali lagi
kutempelkan pada wajahku. Kuposisikan sisi dalam yang langsung bersentuhan
dengan bibir vaginanya pada hidungku. Meskipun hanya tercium wangi dari
pelembut, kubayangkan aku sedang menghirup aroma exotis dari vaginanya. Secara
refleks, lidahku terjulur keluar dan kubayangkan sedang menjilati celah cintanya.
Penisku makin bertambah keras dan panjang.
Kuposisikan bagian selangkangan celana dalamnya di kepala
kejantananku, kemudian kubalutkan bagian lain dari celana dalamnya pada batang
penisku. Tangan kiriku menggenggam penisku yang terbungkus oleh pengganti vagina ×Vita dan
langsung mengocoknya dengan perlahan-lahan. Gesekan yang terjadi menimbulkan
rasa sedikit perih pada penisku, tetapi hilang secara berangsur-angsur karena
dilumasi oleh cairan pra ejakulasiku. Irama masturbasi kupercepat. Getaran-getaran
listrik yang erotis terus membombardir syaraf-syaraf penis dan otakku. Akhirnya
orgasme pun datang dengan indah. Tangan kananku menyingkap sebagian dari celana
dalam ×Vita untuk mengeluarkan kepala penisku.
Sebetulnya aku ingin sekali mengeluarkan cairan kenikmatanku
pada celana dalamnya, tetapi itu akan meninggalkan bukti yang jelas. Tiga
semprotan panjang dan kuat mengawali arus orgasmeku yang indah. Setelah
kenikmatan duniawiku berakhir, ku lepas celana dalamnya dari penisku dan
mengamatinya. Terdapat bercak basah yang disebabkan oleh cairan pra orgasme ku.
Di satu pihak aku ingin sekali meninggalkan jejak birahiku, tetapi di lain
pihak aku takut ketahuan. Kalau ketahuan akan sangat memalukan dan menyusahkan.
Kuputuskan untuk membiarkan apa adanya, kusimpan CD tersebut pada kantong
celanaku dan kulanjutkan dengan mandi.
Malamnya aku bermasturbasi kembali dengan CD Vita.
Benar-benar pengalaman yang menegangkan dan seksi.
Keesokan sorenya keadaan masih kondusif dan kukembalikan CD
yang telah kunodai dan kuambil lagi yang lain, kali ini berwarna merah muda.
Berbahan tipis licin dan halus dengan sedikit renda bermotif pada bagian depan.
Hal ini terus berlanjut, terkadang hanya ada sebuah CD pada tumpukan bajunya,
sehingga aku terpaksa harus melakukannya dengan cepat di wc kos. Minggu
berikutnya aku dikejutkan dengan impianku. Ketika ku hirup aroma dari CD nya,
aku mencium sesuatu yang sudah kukenal dengan baik, dan kejantananku pun
membenarkannya. Aku mencium aroma exotis dari CD nya. Bagian CD yang
bersentuhan langsung dengan surga duniawinya terasa agak lembab dan kaku. Tidak
salah lagi, ini adalah aroma segar dari madu cintanya. Setelah sampai di rumah,
ku tempelkan CD Vita pada mulut dan hidungku, dan kuhirup dalam-dalam.
Jantungku berdebar kencang karena kegirangan tetapi ada juga rasa takut yang
menyelimuti pikiranku.
Apa maksud dari semua ini? Tapi saat ini aku tidak peduli.
Langsung kubalutkan penisku dengan CD nya dan masturbasiku terasa beda, lebih
indah, lebih menggetarkan. Kali ini aku benar-benar hilang dalam kenikmatan
yang dihasilkan oleh penisku. Sampai akhirnya madu murniku bertemu dengan madu
cinta Vita. Entah berapa gelombang kenikmatan orgasmik yang kualami. Ketika
tersadar, bagian selangkangan CD nya telah dipenuhi dengan madu kental berwarna
putih kekuningan.
Keesokan harinya kukembalikan CD yang kuambil kemarin dan
kutukar dengan yang baru. Celana dalamnya juga masih memiliki aroma exotis yang
sama. Tidak terlihat perubahan pada sikap dan ekspresi
wajah ×Vita ketika kami saling bertemu pandang. Hari berikutnya aku
dikejutkan dengan celana dalam ×Vita yang benar-benar masih basah,
aromanya benar-benar segar dan memabukkan. Sepertinya Vita baru saja selesai
bermasturbasi dan sengaja membiarkanku menemukannya. Kesadaranku telah diambil alih
oleh penisku, langsung aku masuk kamar mandi yang letaknya berseberangan dengan
kamar Vita. Kepala kejantananku tidak henti-hentinya bergetar ketika bagian
selangkangan yang basah itu menempel dengan lembut dan hangat. Baru saja
kukocok beberapa kali, tiba-tiba terdengar ketukan pada pintu kamar mandi. Aku
terkejut dan dengan cepat menyimpan kembali kejantananku dan mengantongi CD
Vita, dan berpura-pura menyiram closet.
Ketika pintu kubuka, ×Vita berdiri tepat di
hadapanku dan mendorongku kembali dalam kamar mandi. Kali
ini ×Vita juga berada di dalamnya. Keringat dingin bercucuran dari
tubuhku. Tangan-tangan Vita langsung merogoh-rogoh semua kantongku dan akhirnya
ia mendapatkan celana dalamnya yang kusimpan di kantong belakang.
“Aku sudah tahu.. Ko Indra lah pelakunya..” ungkap Vita.
Tiba-tiba Vita langsung membuka celanaku dan mengeluarkan
penisku yang sempat melemas karena shock. Dengan kedua tangan ia membelai dan
meremas-remas dengan lembut penisku yang sudah basah. Rasa horny dan keringat
dingin masih menyelimuti tubuh dan pikiranku. Namun, kejantananku kembali
berereksi di dalam belaian Jari-jari Vita yang cekatan. Pandangan Vita terus
terpana pada penisku. Ketika penisku sudah mencapai ketegangan maksimalnya,
mulut Vita sedikit terbuka, nafasnya memburu sambil mengeluarkan desahan halus.
Kedua tangannya dengan perlahan namun mantap bermain dengan kejantananku. Suara
di dalam hatiku mengatakan inilah saatnya, lagipula aku yakin Vita bukan lagi
seorang gadis perawan.
Kuangkat dagunya sehingga aku dapat melihat wajahnya dengan
dekat. Ia menginginkannya, itulah ekspresi yang tertulis jelas pada wajahnya.
Langsung kucumbu bibirnya yang segar dan kedua tanganku langsung menyingkap
bagian bawah daster berwarna putih yang dimulai dari pertengahan paha.
Kejantananku bergetar dan menjadi lebih keras dan panjang. Vita tidak memakai
celana dalam, pantatnya yang lembut dan kenyal ku remas-remas. Demi menghemat
waktu, tangan kiriku langsung mendarat di lembah cintanya yang kebanjiran, dan
tangan kananku menuju puncak buah dadanya (juga tanpa BH). Dadanya yang
berukuran 36C ku remas-remas dan klitorisnya pun mendapatkan pelayanan istimewa
dari jari-jariku.
Tubuh Vita tak henti-hentinya bergetar dan mempercepat irama
kocokan tangannya pada penisku. Ku senderkan Vita pada dinding kamar mandi,
kuangkat kaki kirinya, kemudian tangan kiriku menuntun kejantananku menuju
lembah cinta duniawi. Vita hanya berdiri pasrah menunggu penisku. Ketika ujung
kepala penisku bersentuhan dengan bibir vaginanya yang basah dan hangat, Aku
pun sempat bergetar. Perlahan-lahan kudorong masuk kepala penisku. Tidak ada
hambatan dan gesekan yang bearti, karena celah cintanya benar-benar basah dan
licin. Mulut Vita terbuka lebar, matanya tertutup rapat.
Kudorong lagi sampai hampir setengah dari panjang penisku,
kemudian kutarik keluar dan kudorong masuk lagi. Sedikit demi sedikit akhirnya
seluruh penisku sudah tertanam di dalam vaginanya yang sempit dan basah. Untuk
sesaat aku tidak bergerak dan merasakan dinding-dinging liang cintanya mendekap
kejantananku. Kulihat jam tanganku, hanya tersisa 10 menit sebelum Sisca keluar
dari kamar mandinya.
Vita memelukku dengan erat, aku langsung menyetubuhinya
dengan perlahan-lahan. Setiap tarikan dan dorongan menciptakan sensasi erotis
yang sangat indah. Irama kupercepat bagaikan piston mobil yang memompa dalam
putaran mesin yang tinggi. Desahan dan erangan Vita makin membuatku bernafsu,
apalagi tidak sampai 2 menit Vita sudah meluncur ke alam orgasme yang tiada
batasnya. Aku jadi berpikir, siapa yang sebenarnya lebih horny dan menikmati
permainan ini. Jawabannya sudah jelas.
“Penisnya besar dan kuat sekali..” Vita membisikkan kata-kata
tersebut di telingaku sambil terus menikmati persetubuhan ini.
“Memangnya kamu belum pernah ketemu yang sebesar ini?”
Vita menggeleng, “Punya cowokku cuma 5 cm dan kurus..”
“Jadi lebih enak yang mana?” tanyaku.
“Tentu saja punya Ko Indra, rasanya benar-benar pas..”
“Memangnya kamu belum pernah ketemu yang sebesar ini?”
Vita menggeleng, “Punya cowokku cuma 5 cm dan kurus..”
“Jadi lebih enak yang mana?” tanyaku.
“Tentu saja punya Ko Indra, rasanya benar-benar pas..”
Vita yang baru berumur 20 tahun benar-benar cocok dengan
seleraku. Aku paling suka bercinta dengan daun-daun muda. Vita, daun mudaku
yang cantik, akan kubuat dia tidak dapat melupakan persetubuhan ini. Setelah
Vita selesai menikmati sisa-sisa orgasmenya, ia melepaskan diri dari dekapanku
dan berlutut di hadapan kejantananku.
Lidahnya terjulur dan menyapu sepanjang batang penisku yang
basah diselimuti oleh madu cintanya. Dengan cekatan Vita menjilati penisku,
kemudian mengulum kepala penisku yang merah. Mulutnya yang hangat ditambah
dengan tarian liar yang dilakukan oleh lidahnya membuat penisku berdenyut-denyut
seperti orgasme. Untuk beberapa saat ia hanya mengulum kepala penisku, kudorong
kepalanya dengan lembut.
Vita mengerti apa yang kuinginkan, ia mulai melahap seluruh
batang penisku. Ia sedikit mengalami hambatan yang disebabkan oleh panjangnya
kejantananku. Namun rongga mulutnya dengan cepat dapat beradaptasi, sehingga
Vita pun bercinta dengan kejantananku menggunakan mulutnya. Guncangan kuat
mengawali orgasmeku yang kencang dan hebat. Vita sempat tersedak dan
mengeluarkan penisku dari dalam mulutnya. Kupegang penisku sambil mengocoknya,
mulutnya yang terbuka menjadi sasaran tembak madu kejantananku. Beberapa tetes
maduku mengenai hidung dan pipinya. Pemandangan yang erotis sekali. Vita
menutup mulutnya dan langsung menelannya. Kemudian penisku kembali hilang di
dalam mulutnya. Lidahnya sibuk menyapu sisa-sisa maduku dan dihabiskan
semuanya.
Kusuruh Vita berdiri, ia menatapku dengan expresi puas dan
nakal, senyumnya yang manja ditambah dengan noda madu putihku yang masih
menempel di wajahnya membuat ku horny lagi. Jari telunjuk dan tengah tangan
kanannya menyapu hidung dan pipinya, kemudian jarinya langsung dikulum di dalam
mulutnya.
Sudah saatnya aku keluar dan menunggu di tempat biasa. Vita
dengan cepat menyelipkan selembar kertas kecil ke kantong celanaku. Kertas itu
berisikan no telepon Vita.
Vita membantuku merapikan baju dan celanaku.
“Besok, jangan ambil celana dalamku lagi..”
Timbul rasa kecewa di dalam hatiku.
“Langsung saja..” Vita menempelkan tanganku pada pintu
kenikmatan duniawinya.
Aku yakin ia telah merasakan arti sebenarnya dari bercinta.
Meskipun kilat, namun menimbulkan kesan yang dalam. Kuhapus keringatku dengan
tissue dan menyambut Sisca yang baru selesai mandi.
Setelah hari ini hampir setiap hari kami bercinta kilat di
kamar mandi lantai 3. Vita menjadi tempat pelampiasan nafsuku yang
menggebu-gebu. Hubunganku dengan Vita hanyalah murni sebatas kenikmatan
seksual, karena kami sangat menikmatinya.
No comments:
Post a Comment