Boleh
dibilang sejak SMA aku adalah pria idaman wanita. Bukan karena fisikku yang
atletis ini saja, tapi juga karena kemampuanku yang hebat (tanpa bermaksud
sombong) dalam bidang olahraga (basket dan voli, serta bulu tangkis), seni (aku
mahir piano dan seruling) dan juga pelajaran (aku menduduki peringkat ketiga
sebagai pelajar terbaik di SMAku). Bedanya waktu di SMA dahulu, aku tidak
terlalu tertarik dengan hal-hal seperti seks dan wanita, karena saat itu
konsenterasiku lebih terfokus pada masalah akademisku.
Bakat
playboyku mulai muncul setelah aku menjadi seorang kepala rumah tangga. Aku
mulai menyadari daya tarikku sebagai seorang pria normal dan seorang pejantan
tangguh. Sejak diangkat sebagai kabag bagian pemasaran inilah, pikiran-pikiran
kotor mulai singgah di otakku. Apalagi aku juga hobi menonton film-film biru.
Wanita
lain yang sempat hadir dihatiku adalah Maya. Dia adalah rekan kerjaku, sesama
pegawai tapi dari jurusan berbeda, Accounting. Dia berasal dari Surakarta,
tinggal di Bandung sudah lama. Kami sempat menjalin hubungan gelap setahun
setelah aku menikah dengan Lilis, istriku. Hubungan kami tidak sampai melakukan
hal-hal yang menjurus kepada aktivitas seksual. Hubungan kami hanya berlangsung
selama 6 bulan, karena dia pindah ke lain kota dan dinikahkan dengan orang
tuanya dengan pria pilihan mereka. Dasar nasib!!! Niatku berpoligami hancur
sudah. Padahal aku sudah berniat menjadikannya istri keduaku, walau istri
pertamaku suka atau tidak. Karena frustasi, untuk beberapa bulan hidupku terasa
hampa. Untungnya sikapku ini tidak bertahan lama, karena di tahun yang sama aku
berkenalan dengan seorang teman yang mengajariku gaya hidup sehat,
bodybuilding.
Saat
itu, sekitar tahun 1998, yang namanya olahraga fitness, bukanlah suatu trend
seperti sekarang. Peminatnya masih sedikit. Gym-gympun masih jarang. Sejujurnya
aku malas berbodybuilding seperti yang dilakukan temanku itu. Apalagi saat itu
sedang panas-panasnya isu politik dan kerusuhan sosial. Belum lagi adanya
krismon yang benar-benar merusak perekonomian Indonesia. Untungnya perusahaan
tempatku bekerja cukup kuat bertahan badai akibat krismon, hingga aku tidak
turut diPHK. Namun temanku yang sangat baik itu terus memotivasiku, hingga tak
sampai 3 bulan, aku yang tadinya hanya seorang pria berpostur biasa-biasa
saja-walaupun aku bertubuh atletis, menjadi seorang atlet bodybuilding baru
yang cukup berprestasi di kejuaraan-kejuaraan daerah maupun nasional. Hebatnya
lagi kantorku dan seluruh keluargaku ikut mendukung semua aktivitasku itu. Kata
mereka ”kantor kita punya Ade Rai baru, hingga kita tidak perlu satpam atau
bodyguard baru” suatu anekdot yang sudah menjadi santapanku berhari-hari.
Semakin
berlalunya waktu, aktivitas bodybuilderku kukurangi. Apalagi aku sudah diangkat
menjadi kabag pemasaran sekarang, di mana keuntungan mulai berpihak pada
perusahaan tempatku bekerja. Aku mulai bertambah sibuk sekarang. Namun untuk
menjaga fisikku agar tetap bugar dan prima, aku tetap rutin basket, voli, dan
bersepeda. Hanya 2 kali seminggu aku pergi ke tempat fitness. Hasilnya tubuhku
tetap kelihatan atletis dan berotot, namun tidak sebagus ketika aku menjadi
atlet bodybuilding dadakan.
Sewaktu
aku menjadi atlet bodybuilding, banyak wanita melirikku. Beberapa di antaranya
mengajakku berkencan. Tapi karena saat itu aku sedang asyik menekuni olahraga
ini, tanggapan dan godaan mereka tidak kutanggapi. Salah satu yang suka
menggodaku adalah Mia. Dia adalah puteri tetangga mertuaku. Baru saja lulus
SMA, dan dia akan melanjutkannya ke sebuah PTn terkenal di kota Bandung. Gadis
itu suka menggoda di setiap mimpiku dan bayangannya selalu menghiasi pikiranku
saat aku menyetubuhi istriku. Kisahku dengan Mia akan kuceritakan lain waktu.
Seperti
biasanya, aku bangun pagi. Pagi itu aku bangun pukul 04.30 pagi. Setelah cuci
muka, aku mulai berganti pakaian. Aku akan melakukan olahraga pagi. Udara pagi
yang sehat memang selalu memotivasiku untuk jogging keliling kompleks
perumahanku. Dengan cuek aku memakai baju olahraga yang cukup ketat dan pas
sekali ukurannya di tubuh machoku ini. Kemudian aku mengenakan celana boxer
yang juga ikut mencetak pantatku yang seperti dipahat ini. Aku sengaja bersikap
demikian demi mewujudkan impianku, menggoda Mia dengan keindahan tubuhku.
Menurut kabar, dia juga suka jogging. Niatku bersenang-senang dengan Mia memang
sudah lama kupendam. Namun selama ini gadis itu selalu membuatku gemas dan
penasaran. Dia seperti layangan yang diterbangkan angin, didekati menjauh,
dijauhi mendekat.
Tak
berapa lama jogging, tubuhku pun sudah mulai keringatan. Peluh yang membasahi
kaus olahragaku, membuat tubuh kokoh ini tercetak dengan jelas. Aku
membayangkan Mia akan terangsang melihatku. Tetapi sialnya, pagi itu tidak ada
tanda-tanda Mia sedang berjogging. Tidak kelihatan pula tetanggaku lainnya yang
biasa berjogging bersama. Padahal aku sudah berjogging sekitar 30 menit. Saat
itu aku baru sadar, aku bangun terlalu pagi. Padahal biasanya aku jogging jam
06.00 ke atas. Dengan perasaan kecewa aku balik ke rumah mertuaku. Dari depan
rumah itu tampak sepi. Aku maklum, penghuninya masih tertidur lelap. Tadi pun
saat aku bangun, tidak terdengar komentar istriku karena dia sedang terlelap
tidur setelah semalaman dia menemani anakku bermain playstation. Saat aku
berjalan ke arah dapur untuk minum, aku melihat ibu mertuaku yang seksi itu
sedang mandi. Tampaknya dia sudah bangun ketika aku berjogging tadi.
Kamar
mandi di rumah mertuaku memang bersebelah-sebelahan dengan dapurnya. Setiap
kali anda ingin minum, anda harus melewati kamar mandi itu. Seperti disengaja,
pintu kamar mandi itu dibiarkan sedikit terbuka, hingga aku bisa melihat bagian
belakang tubuh molek mertuaku yang menggairahkan itu dengan jelas. Mertuaku
walaupun usianya sudah kepala 4, tapi masih kelihatan seksi dan molek, karena
dia sangat rajin merawat tubuhnya. Dia rajin senam, aerobik, body language,
minum jamu, ikut diet sehat, sehingga tak heran tubuhnya tidak kalah dengan
tubuh wanita muda usia 30-an.
Melihat
pemandangan syur itu, kontan batangku mengeras. Batang besar, panjang, dan
keras itu ingin merasakan lubang hangat yang nikmat, basah, dan lembab. Batang
itu juga ingin diremas-remas, dikulum, dan memuncratkan pelurunya di lubang
yang lebih sempit lagi. Sambil meremas-remas batangku yang sudah mulai tegak
sempurna ini, kuperhatikan terus aktivitas mandi mertuaku itu. Akhirnya timbul
niatku untuk menggaulinya. Setelah menimbang-nimbang untung atau ruginya, aku
pun memutuskan nekat untuk ikut bergabung bersama ibu mertuaku, mandi bersama.
Kupeluk dia dari belakang, sembari tanganku menggerayang liar di tubuh mulusnya.
Meraba mulai dari leher sampai kemaluannya. Awalnya ibu mertuaku kaget, tetapi
setelah tahu aku yang masuk, wajah cantiknya langsung tersenyum nakal.
”Panji,
nakal kamu” katanya sambil balas memelukku. Dia berbalik, langsung mencium
mulutku. Tak lama kami sudah berpagut, saling cium, raba, dan remas tubuh
masing-masing. Dengan tergesa kubuka bajuku dibantu mertuaku hingga aku sudah
bertelanjang bulat. Batangku pun mengacung tegang, besar, dan gagah.
Kami
pun melakukan pemanasan sekitar 10 menit dengan permainan oral yang nikmat di
batangku, sebelum kemaluannya kutusuk dengan batangku. Permainan birahi itu
berlangsung seru. Aku menyetubuhinya dalam posisi doggy style. Aku merabai
payudaranya yang kencang itu, meremas-remasnya, mempermainkan putingnya yang
sudah mengeras. 30 menit berlalu, ibu mertuaku sudah sampai pada puncaknya
sebanyak 2 kali. 1 kali dalam posisi doggy, 1 kali lagi dalam posisi
berhadap-hadapan di dinding kamar mandi. Namun sayangnya, batangku masih saja
mengeras. Aku panik karenanya. Aku khawatir jika batangku ini masih saja bangun
sementara hari sudah mulai pagi. Aku khawatir kami akan dipergoki istriku.
Rupanya mertuaku mengerti kepanikanku itu. Dia kembali mengoral batangku yang
masih bugar dan perkasa ini, lalu dia berbisik mesra,
”Jangan
khawatir panji sayang, waktunya masih lama” katanya nakal.
Aku bingung mendengar ucapannya, tapi kubiarkan aktivitasnya itu sambil terus mendesah-desah nikmat. Tiba-tiba ibu mertuaku menghentikan perbuatannya itu. Dia langsung berdiri. Melihat itu, aku pun protes,
”Lho, bu, aku khan belum keluar?” suaraku parau, penuh birahi.
”Sabar sayang, kita lanjut di kamarku saja yuk” katanya mesra.
Aku pun tambah bingung. ”Tapi khan ada bapak?” suaraku masih saja parau, karena birahi.
Aku bingung mendengar ucapannya, tapi kubiarkan aktivitasnya itu sambil terus mendesah-desah nikmat. Tiba-tiba ibu mertuaku menghentikan perbuatannya itu. Dia langsung berdiri. Melihat itu, aku pun protes,
”Lho, bu, aku khan belum keluar?” suaraku parau, penuh birahi.
”Sabar sayang, kita lanjut di kamarku saja yuk” katanya mesra.
Aku pun tambah bingung. ”Tapi khan ada bapak?” suaraku masih saja parau, karena birahi.
”Tenang
saja, bapakmu itu sudah pergi tak lama setelah kamu jogging tadi, dia ada tugas
ke Jawa” sahut ibu mertuaku sambil mengemasi pakaian olahragaku yang tercecer
di kamar mandi dan kemudian menggandengku ke arah kamarnya. Begitu sampai di
kamarnya, aku disuruhnya telentang di ranjang, sementara dia mengelap sisa-sisa
air, keringat, dan sabun di tubuhnya dengan handuk kering yang sudah ada di
kamarnya. Lalu dia melakukan hal yang sama padaku. Setelah itu dia langsung
saja mengambil posisi 69, mulai mengoral batangku kembali. Tak lama nafsuku pun
bangkit kembali. Kali ini aku bertekad akan membuat mertuaku keluar sampai tiga
kali. Aku memang khawatir hubunganku di pagi ini akan ketahuan istriku, tapi
persetanlah…que sera-sera. Apapun yang akan terjadi terjadilah.
Aku pun
balik menyerang ibu mertuaku. Mulut dan lidahku dengan ganas mempermainkan
miliknya. Tanganku juga ikut aktif merabai, meremasi bibir kemaluan dan
menusuki lubang anal ibu mertuaku. Kelentitnya yang sudah membengkak karena
rangsangan seksual kujilati, dan keremasi dengan gemas. Kumainkan pula apa yang
ada di sekitar daerah kemaluannya. Gabungan remasan jari, kobokan tangan di
kemaluannya, dan serangan lidahku berhasil membuat mertuaku keluar lagi untuk
yang ketiga kalinya. ”Aaaaahhhh…. panji sayang ….” jerit nikmat ibu mertuaku.
Cairan birahi ibu mertua keluar deras dari lubang vaginanya. Langsung saja
kuhisap dan kutelan habis hingga tidak ada yang tersisa.
Akupun
tersenyum, lalu aku merubah posisiku. Tanpa memberikan kesempatan ibu mertuaku
untuk beristirahat, kuarahkan batangku yang masih bugar dan perkasa ini ke arah
vaginanya, lalu kusetubuhi dia dalam posisi misionaris. Kurasakan batangku
menembus liang vagina seorang wanita kepala 4 yang sudah beranak tiga, tapi
masih terasa kekenyalan dan kekesatannya. Tampaknya program jamu khusus organ
tubuh wanita yang dia minum berhasil dengan baik. Miliknya masih terasa enak
dan nikmat menggesek batangku saat keluar masuk.
Sambil menyetubuhi ibu mertuaku, aku mempermainkan buah dadanya yang besar dan kenyal itu, dengan mulut dan tanganku. Kuraba-raba, kuremas-remas, kujilat, kugigit, sampai payudara itu kemerah-merahan. Puas bermain payudara tanganku mempermainkan kelentitnya, sementara mulutku bergerilya di ketiaknya yang halus tanpa bulu, sementara tangan satunya masih mempermainkan payudaranya. Tangan ibu mertuaku yang bebas, meremas-remas rambutku, dan mencakar-cakar punggungku. Posisi nikmat ini kami lakukan selama bermenit-menit, hingga 45 menit kemudian ibu mertuaku mencapai orgasmenya yang keempat. Setelah itu dia meminta istirahat. Aku sebenarnya malas mengabulkan permintaannya itu, karena aku sedang tanggung, hampir mencapai posisi puncak. Namun akhirnya aku mengalah.
Sambil menyetubuhi ibu mertuaku, aku mempermainkan buah dadanya yang besar dan kenyal itu, dengan mulut dan tanganku. Kuraba-raba, kuremas-remas, kujilat, kugigit, sampai payudara itu kemerah-merahan. Puas bermain payudara tanganku mempermainkan kelentitnya, sementara mulutku bergerilya di ketiaknya yang halus tanpa bulu, sementara tangan satunya masih mempermainkan payudaranya. Tangan ibu mertuaku yang bebas, meremas-remas rambutku, dan mencakar-cakar punggungku. Posisi nikmat ini kami lakukan selama bermenit-menit, hingga 45 menit kemudian ibu mertuaku mencapai orgasmenya yang keempat. Setelah itu dia meminta istirahat. Aku sebenarnya malas mengabulkan permintaannya itu, karena aku sedang tanggung, hampir mencapai posisi puncak. Namun akhirnya aku mengalah.
”Panji
kamu hebat banget deh, kamu sanggup membuat ibu keluar sampai empat kali” puji
ibu mertuaku.
”Aah ibu bisa saja deh” kataku merendah.
”Padahal kamu sudah jogging 45 menit, tapi kamu masih saja perkasa” lanjut pujiannya.
”Itukan sudah jadi kebiasaanku, bu” aku berkata yang sebenarnya.
”Kamu benar-benar lelaki perkasa, Lilis beruntung mendapatkanmu” puji mertuaku lagi.
”Aah ibu bisa saja deh” kataku merendah.
”Padahal kamu sudah jogging 45 menit, tapi kamu masih saja perkasa” lanjut pujiannya.
”Itukan sudah jadi kebiasaanku, bu” aku berkata yang sebenarnya.
”Kamu benar-benar lelaki perkasa, Lilis beruntung mendapatkanmu” puji mertuaku lagi.
Lalu
kami bercakap-cakap seperti biasanya. Sambil bercakap-cakap, tangan ibu
mertuaku nakal bergerilya di sekujur tubuhku. Terakhir dia kembali
mempermainkan batangku yang sudah mengerut ukurannya.
Aku
bangkit, lalu beranjak dari tempat tidur. Ibu mertuaku memandangku heran,
dikiranya aku akan keluar dari kamarnya dan mengakhiri permainan cinta kami.
Tapi kutenangkan dia sambil berkata, ”Sebentar bu, aku akan mengecek keadaan
dulu”. Aku memang khawatir, aku takut istri dan anakku bangun. Dengan cepat
kukenakan kembali pakaian olahragaku dan keluar kamar mertuaku. Ternyata
dugaanku salah. Hari memang sudah beranjak pagi, sekitar jam 6.15 menit, tapi
istri dan anakku belum juga bangun. Penasaran kuhampiri kamarku dan kamar
tempat anakku tidur. Ternyata baik anak maupun istriku masih tertidur lelap.
Aku lega melihatnya. Sepertinya permainan playstation semalam, berhasil membuat
mereka kolaps. Aku mendatangi jam weker di kamar keduanya, lalu kustel ke angka
9 pagi.
Aku
menatap wajah istriku yang tertidur penuh kedamaian, sambil berkata dalam hati,
”Tidurlah yang lama sayang, aku belum selesai menikmati tubuh ibumu” lalu
mengecup pipinya. Setelah itu, aku kembali ke kamar mandi, mencuci tubuhku,
lalu balik lagi ke kamar mertuaku. Kami terlibat kembali dalam persetubuhan
nikmat lagi. Dalam persetubuhan terakhir ini, aku dan ibu mertuaku sama-sama
meraih orgasme kami bersama dalam posisi doggy anal. Sesudahnya aku balik ke
kamar istriku, setelah membersihkan diri di kamar mandi untuk yang terakhir kali,
dan kemudian mengenakan baju tidurku kembali.
No comments:
Post a Comment